Inflamasi merupakan tanda adanya gangguan dalam tubuh atau merupakan respon imun sebagai bentuk perlindungan, akan tetapi jika berlebihan dapat berdampak buruk. Anti inflamasi merupakan obat yang di indikasikan untuk meredakan atau menghilangkan gejala inflamasi. Mediator inflamasi yakni prostaglandin.
gejala inflamasi:
a. Color (panas)
b. Dolor (nyeri)
c. Rubor (merah)
d. Tumor (bengkak)
Anti inflamasi di bagi menjadi 2, yakni:
a. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS)
b. Obat anti inflamasi steroid
A. Anti Inflamasi Non Steroid (AINS)
Mekanisme kerja AINS berhubungan dengan sistem biosintesis prostaglandin yaitu dengan menghambat prostaglandin siklooksigenase (COX) sehingga konversi asam arachidonat menjadi PGG2 terganggu. Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform yang disebut COX-1 dan COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda. Secara garis besar KOKS-1 esensial dalam pemelihraan berbagai fungsi dalam keadaan normal di berbagai jaringan khususnya ginjal, saluran cerna, dan trombosit. Di mukosa lambung aktivitas COX-1 menghasilakan prostasiklin yang bersifat protektif. Siklooksigenase 2 diinduksi berbagi stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksindan growth factors. Teromboksan A2 yang di sintesis trombosit oleh COX-1 menyebabkan agregasi trombosit vasokontriksi dan proliferasi otot polos. Sebaliknya prostasiklin PGL2 yang disintesis oleh COX-2 di endotel malro vasikuler melawan efek tersebut dan menyebabkan penghambatan agregasi trombosit.
Asam arakhidonat+Enzim Cox = 1 prostaglandin, 2 tromboxane, 3 prostaglandin.
jika ezim Cox dihambat, maka 1prostaglandin, 2 tromboxane dan 3 prostaglandin tidak terbentuk.
pada Cox-1, meskipun luka tidak terbentuk tetapi prostaglandin tetap terbentuk dan di butuhkan oleh tubuh (selektif). sedangkan Cox-2 merupakan mediator luka inflamasi (selektif & non selektif). Jika penggunaan nsaid non selektif dalam jangka panjang dan dalam dosis dosis tinggi dapat menyebabkan Cox-1 prostaglandin terhambat akibatnya timbul eso mag, bronkokontriksi, laju aliran darah dan filtrasi di ginjal terhambat.
Fungsi Prostaglandin Normal Tubuh COX-1
ORGAN/SEL
|
EFEK YANG DITIMBULKAN
|
Pembuluh
darah
|
Vasokontriksi,
vasodilatasi
|
Platelet
|
Anti
agregasi, proagregasi
|
Bronkus
|
Brokodilatasi,
bronkokontriksi
|
Intestin
|
Nauseae,
diare, motilitas
|
Lambung
|
Hambatan produksi
asam lambung naik, motilitas
|
Uterus
|
Kontraksi
proses persalinan
|
Ginjal
|
Filtrasi &
laju aliran darah
|
Contoh Golongan NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drug)
GOLONGAN
|
NAMA OBAT
|
Salisilat
|
Aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat, salisil salisilat dan salisilamid
|
Asam arilakanoat
|
Diklofenak, indometasin, proglumetasin, dan oksametasin
|
Profen/asam 2-arilpropinoat
|
Ibuprofen, amilnoprofen, fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac
|
Asam fenamat/asam N-arilantranilat
|
Asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat
|
Turunan pirazolidin
|
Fenibultazon, ampiron, metamizol, dan fenazon
|
Oksikam
|
Piroksikam dan meloksikam
|
Sulfonanilida
|
Nimesulide
|
Penghambat COX-2
|
Celecobix dan lumiracoxib
|
B. Anti Inflamasi Steroid
Mekanisme kerja dari anti inflamasi steroid yakni menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk asam arakidonat. Asam arakidonat tidak terbentuk berarti prostaglandin juga tidak akan terbantuk. Golongan ini memiliki efek samping yang besar, diantaranya dapat menyebabkan moon face, hipertensi, osteoporosis dll.
Senyawa teroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki stuktur kimia tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid.
Kortikosteroid digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki peranan pada metabolisme glukosa, sedangkan mineralokortikosteroid memiliki retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang utama adalah kortisol atau hidrokortison, sedangkan mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Selain steroid alami, telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasuk golongan obat yang penting karena secara luas digunakan terutama untuk pengobatan penyakit-penyakit inflasi. Contoh antara lain adalah deksametason, prednison, metil prednisolon, triamsinolon dan betametason (Ikawati, 2006). Aldosteron adalah hormon steroid dari golonganmineralkortikoid yang disekresi dari bagian terluar zona glomerulosa pada bagian korteks kelenjar adrenal, yang berpengaruh terhadap tubulus distal dan collecting ductsdari ginjal sehingga terjadi peningkatan penyerapan kembalipartikel air, ion, garam oleh ginjal dan sekresi potasium pada saat yang bersamaan. Hal ini menyebabkan peningkatan volume dan tekanan darah.
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintetis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan komformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintetis protein spesifik. Induksi sintetis protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid (Darmansjah, 2005).
Berdasarkan masa kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi :
1. Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam, yang termasuk golongan ini adalah kortisol/hidrokortison, kortison, kortikosteron, fludrokortison
2. Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12 – 36 jam, yaitu metilprednisolon, prednison, prednisolon, dan triamsinolon.
3. Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh >36 jam, adalah parametason, betametason dan deksametason.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar