Apasih Perbedaan Konstipasi dan Diare?
Konstipasi atau sembelit merupakan keadaan dimana tinja mengeras, susah keluar, BAB jarang dan keluar darah saat mengejan. Sedangkan diare merupakan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam sehari, feses cair dan tubuh terasa lemas atau dehidrasi.
Tanda dan gejala konstipasi
1. Penurunan gerak peristaltik usus
2. Penurunan air dan lemak
3. Frekuensi buang air besar kurang dari 3 kali dalam seminggu
4. Tinja keras dan sulit keluar
Regimen Terapi farmakologi Konstipasi
Untuk 1st terapi konstipasi adalah stimulan karena stimulan memiliki onset yang cepat.
Baca Juga : Perbedaan gerd, gastritis dan ulkus peptikum
Terapi Non Farmakologi Konstipasi
1. Asupan serat dan cairan yang tinggi
2. Atur pola makan
3. Cuci tangan sebelum makan
Macam-Macam Golongan Obat Konstipasi
1. Osmotik
Osmotik bekerja dengan meningkatkan osmosis dan menahan air yang mendorong tinja keluar dapat bertahan di usus. Contoh obat golongan osmotik diantaranya yaitu laktulosa, garam magnesium, PEG dan gliserin.
2. Bulk laksativ
Bulk laksativ bekerja membentuk massa pada feses dengan menahan air di usus dan mempertahankan gerak peristaltik usus. Contoh golongan bulk laksativ diantaranya adalah serat dan metil selulosa.
3. Emolien
Emolien atau pelunak feses bekerja dengan menambahkan air dan lemak kedalam feses.
Contoh obat golongan emolien diantaranya yaitu natrium docusate dan paraffin cair.
Hindari penggunaan obat golongan emolien dalam jangka waktu yang panjang.
4. Stimulan
Stimulan bekerja dengan meningkatkan peristaltik usus.Contoh obat golongan stimulan adalah bisacodil dan senna. Efek samping golongan stimulan adalah diare dan hipokalemia.
Lini terapi untuk anak < 1 tahun : Ekstrak malt, sirup jagung, laktulosa dan sorbitol
Lini terapi untuk anak >1 tahun : PEG 1st, alternatif lain dapat menggunakan laksatif stimulan dan docusate.
Lansia : larutan PEG
Ibu hamil : Bisacodil suppo
DIARE
Lini terapi diare terbagi menjadi 2, yakni diare akut dan diare kronik.
Diare Akut
Diare akut terjadi selama <3 hari (tanpa infeksi), terdapat 2 terapi untuk diare akut:
1. Antimotilitas atau opiat dan turunannya
Antimotilitas atau opiat dan turunannya bekerja dengan mengurangi peristaltik di usus atau menghambat pergerakan usus.
Contoh obat golongannya : loperamid dan difenoksilat.
2. Pengganti cairan dan elektrolit
Penggunaan pengganti cairan dan elektrolit bertujuan untuk mengatasi dehidrasi pada pasien diare. contoh obatnya yaitu oralit dan zinc.
Diare Kronik
Diare Kronik disebabkan oleh infeksi bakteri, feses berdarah dan berlendir serta diare terjadi selama >14 hari. Untuk terapi diare kronik harus menggunakan antibiotik.
Contoh obat terapi diare kronik :
1. Antibiotik
Ciprofolxacin, digunakan untuk diare kronik akibat infeksi bakteri shigella, salmonella dan e.coli.
Doxiciclin, digunakan untuk infeksi bakteri kolera.
Azitromicin, digunakan untuk infeksi bakteri campilo bacter pylori.
2. Antisekretori (bismuth subsalicil)
3. Adsorben (kaolin pectin dan attapulgit)
Adsorben bekerja dengan menyerap zat beracun serta nutrisi karna tidak selektif. efek samping: konstipasi.
Terapi Diare Untuk Anak
1. 1st Oralit
Oralit diencerkan dalam 200 ml air atau dapat menggunakan garam dan gula dengan perbandingan
4 : 1
2. Zinc
Zinc bekerja dengan memperbaiki motilitas usus.
<6 bulan : 10 mg/hari (10 hari)
>6 bulan : 20 mg/hari (10 hari)
3. Bayi <6 bulan (asi dan susu formula), >6 bulan (oralit)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar